Download Novel Si Anak Pemberani Karya Tere Liye pdf


Download novel Si Anak Pemberani aka Eliana  karya Tere Liye pdf. Buku ini merupakan 
buku yang ke 4 dalam Serial Keluarga Nusantara. Di Serial Keluarga Nusantara dibagi 6 novel , 
si anak kuat  > si anak special > si anak pintar > si anak pemberani > si anak cahaya > si anak badai.

InfoBuku
Judul      : Si Anak Pemberani (Eliana) 
Serial      : Keluarga Nusantara #4
Isi Hal     : 483hlm
Penulis   : Tere Liye 
Genre.    : Novel,Fiksi , Manga, Family 
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun.    : 2018


SinopsisBuku
Buku ini tentang Eliana, si anak pemberani yang membela tanah, sungai, hutan, dan lembah kampungnya. Saat kerakusan dunia datang, Eliana bersama teman karibnya bahu-membahu melakukan perlawanan.
Dari puluhan buku Tere Liye, serial buku ini adalah mahkotanya.

Novel Si Anak Pemberani merupakan salah satu buku serial anak nusantara karya bang Tere Liye yang terbit pada bulan Desember 2018. Novel ini recovery dari novel Eliana karya bang Tere Liye beberapa tahun silam. Perbedaan novel ini hanya pada judul dan ilustrasi gambar pada cover, keseluruhan alur cerita tetap sama. Cover yang baru ini lebih jelas terlihat menggambarkan tokoh utamanya adalah anak yang pemberani dan ceritanya berkaitan dengan truk-truk, sungai, dan hutan.

"Aku" pada novel ini diceritakan dari sudut pandang Eliana sebagai tokoh utamanya. Eliana adalah anak sulung Mamak dan Bapak dan memiliki tiga adik kandung; Pukat, Burlian dan Amelia. Sebagai anak sulung, ia sangat diharapkan oleh Mamak sebagai kakak yang bisa menjadi teladan yang baik bagi adik-adiknya.

Pernah suatu waktu, Eliana merasa benci menjadi anak sulung karena ia yang selalu dimarahi, diomeli oleh Mamak setiap kali Amelia, Burlian, atau Pukat melakukan kesalahan. Hingga suatu saat ia menyadari bahwa "Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian." (hal.305)

Eliana selalu menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pemberani. Ia tidak pernah menangis untuk masalah yang sepele. Ia pertama kali menangis ketika ia merasa sakit hati Bapak dihina sebagai 'keluarga misikin'. Ia berteriak marah kepada orang yang menghina Bapak, "Walau sederhana, sungguh, keluarga kami tidak hina. Bapak tidak pernah mengambil yang bukan haknya, apalagi menghidangkan nafkah busuk itu ke meja makan." (hal.25)

Atas kemarahan Eli tersebut, Bapak memberikan nasihat, "Jangan pernah bersedih ketika orang-orang menilai hidup kita rendah. Jangan pernah bersedih, karena sejatinya kemuliaan tidak pernah tertukar. Boleh jadi orang-orang yang menghina itulah yang lebih hina. Sebaliknya, orang-orang yang dihinalah yang lebih mulia. Kalian tidak harus selalu membalas penghinaan dengan penghinaan, bukan? Bahkan, cara terbaik menanggapi olok-olok adalah dengan biasa-biasa saja. Tidak perlu marah. Tidak perlu membalas." (hal.29)

Sepanjang cerita, Eliana akan selalu berurusan dengan penambang pasir yang merusak kampungnya. Ia bersama gengnya, "Empat Buntal", menjalankan beberapa rencana untuk mengusir penambang pasir tersebut. Sempat rencana mereka diketahui Bapak, Pak Bin, serta para tetua, dan berhasil melarang mereka untuk tidak melakukannya lagi. Tapi itu tidak bertahan lama. Akibat dari rencana mereka, Eliana kehilangan sahabat terbaiknya. Namun, karena aksi mereka juga lah yang membuat penambang pasir di kampung mereka dihentikan. "Saat kami benar-benar merasa kalah, saat kami sudah merasa tiba di ujung batas kekuatan yang kami miliki, saat kami berpikir tidak akan ada pertolongan lagi, maka janji itu tiba." (hal.414)

Selain bercerita tentang keberanian Eliana, ada sebuah kejadian lucu yang melibatkan kepolosan Burlian menanggapi sebuah 'selebaran' yang membuat gempar orang-orang membacanya. Isi selebaran itu mengharuskan si pembaca untuk menulis kembali isi selebaran itu dan menyebarkannya kepada siapa saja, dan begitu seterusnya. Hingga pada saat di sekolah, Pak Bin yang mengakhiri 'lingkaran sesat' selebaran tersebut.

Tidak berbeda dengan novel karya bang Tere yang lain, novel ini selalu menyelipkan pesan-pesan moral tentang kehidupan. Novel ini juga terdapat footnote yang cukup membantu menjelaskan beberapa istilah, baik istilah asing maupun tambahan pendukung dalam beberapa cerita.

KeunggulanBuku 
Novel ini tidak sedikit pun menyisakan kebosanan saat membacanya. Tetap seru dan membuat terharu. Saya rasa, buku ini bisa dinikmati oleh semua umur: anak-anak, remaja, dewasa juga orang tua. Buku ini juga sangat penting dibaca anak-anak zaman sekarang, kita diajak bernostalgia di jaman tahun 1970-1980. Dimana kehidupan masih sangat sederhana namun membahagiakan, meskipun teknologi  belum semaju sekarang. Buat anak-anak zaman sekarang, lewat serial Anak  Nusantara akan tahu tentang bagaimana indahnya anak-anak kala itu.


KutipanBuku
“Jangan pernah bersedih ketika orang menilai hidup kita rendah. Jangan pernah bersedih karena sejatinya kemuliaan tidak pernah tertukar. Boleh jadi orang-orang yang menghina itulah yang lebih hina. Sebeliknya, orang-orang yang dihinalah yang lebih mulia. Kalian tidak harus selalu membalas penghinaan dengan penghinaan, bukan? Bahkan, cara terbaik menanggapi olok-olok adalah dengan biasa-biasa saja. Tidak perlu marah. Tidak perlu membalas. “(Halamana 29)

“rasa takut, gugup yang berlebihan bisaa merusak semuanya. Menggagalkan rencana-rencana, membawa celaka dan malu. Apalagi dalam urusan lain. Ketakutan yang berlebihan itulah yang membawa celaka. “(Halaman 78)

"Nasib buruk, nasib baik, mati, kecelakaan, hadiah, rezeki, hanya Alllah yang mengatur.” (Halaman 81)

“Pengetahuan itu seharusnya memberikan pencerahan, pemahaman bahwa kita harus menjaga kehidupan.”(Halaman 93)



*Untuk menghargai karya penulis buku ini, Jangan lupa beli buku original nya Di Gramedia dikota Anda. Terima kasih *

Related Posts

Subscribe Our Newsletter